Kisah Para Rasul 17:1-34

 Hai Readers, masih on fire nih kita lanjut yuk..

                                                                                                
Ada 3 Perikop dalam pasal ini.

Perikop I yang menjadi soroton ialah reaksi orang Yahudi ketika cukup banyak anggotanya bergabung dengan Paulus, khususnya orang Yunani yang sudah lama bergabung di tempat ibadah itu. Cara mereka sudah lazim di Indonesia juga, yaitu mendesak sidang dengan keributan kelompok sewaan. Tuduhan mereka dibuat-buat (ay 6-7), tetapi saya rasa Lukas memuatnya karena ada benarnya juga. Maksudnya, Paulus dan kawan-kawan tidak memberontak terhadap Kaisar dengan mengikuti Yesus, malah orang Kristen justru dipanggil untuk menjadi taat kepada pemerintah. Tetapi pada segi yang lain, kesetiaan orang kristen pertama-tama tertuju kepada Allah, sehingga bukan Kaisar yang dianggap penyelamat, pelindung, sumber kehidupan.
Saya rasa pengalaman Paulus menjadi kemungkinan untuk semua yang memberitakan Kristus.

Perikop II
Apa beberapa hal yang bisa kita teladani dari jemaat Berea,

  1. Suka Firman Tuhan. Ayat 11 “Mereka baik hati karena menerima Firman Tuhan dengan segala kerendahan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci, untuk mengetahui apakah semuanya benar demikian”. Artinya mereka rindu dan suka akan firman Tuhan. Dalam Mazmur. 1:2-3 dikatakan “Berbahagialah orang yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Hidupnya seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.” Mereka menemukan dan memperoleh kehidupan serta hidupnya berakar pada air kehidupan yaitu Yesus Kristus.
  2. Bijaksana/pandai membaca situasi. Ketika ada hasutan dari orang-orang Yahudi maka mereka menghindar dari perselisihan dengan menyuruh Paulus menyingkir (Ay. 14). Peka membaca situasi sangat penting. Waktu ini adalah waktu yang Tuhan masih berkenan supaya kita semua mau datang ke hadapan-Nya dan memberitakan Injil kepada anggota keluarga, sanak saudara supaya mereka percaya kepada-Nya. Hari ini kita melihat di sana sini terjadi perang dan bencana, apa maksud Allah dengan semua ini? Mari kita peka dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan serta mempertajam pendengaran kita mendengarkan panggilan Allah, untuk pergi memberitakan Injil kepada sesama. Ini yang bisa kita teladani dari jemaat Berea.


Perikop III, disini berbicara mengenai karakter apa yang seharusnya dimiliki seorang pemberita Injil?

  1. Ada hati untuk memberitakan Injil (Kis. 17:16). Pada saat Paulus menunggu Timotius dan Silas di Atena, sangat sedih hatinya karena ia melihat, bahwa kota itu penuh dengan patung-patung berhala. Mengapa ia bisa begitu sedih? Karena ia punya hati. Hati yang dikuasai kasih Kristus (2 Kor. 5:14). Hati yang mengasihi jiwa-jiwa yang tersesat (Kis. 17:16).
  2. Ada aksi untuk memberitakan Injil (Kis. 17:17-21). Paulus tidak hanya punya hati, tetapi juga punya aksi. Ia tidak hanya sedih, tetapi juga melakukan pemberitaan Injil. Ia memberitakan Injil kepada dua kelompok orang. Pertama, ia memberitakan Injil kepada orang-orang yang sudah mengetahui Alkitab Perjanjian Lama, tetapi belum sungguh-sunguh mengenal Kristus, sang Juruselamat dunia.  Kedua, ia memberitakan Injil kepada orang-orang yang sama sekali belum mengetahui isi Alkitab dan belum mengenal Allah (Kis. 17:17). Pada saat ia memberitakan Injil dengan setia, Tuhan pun membukakan jalan baginya. Tanpa diduga, orang-orang Atena memberi kesempatan kepadanya untuk berbicara kepada orang banyak di sidang Areopagus (Kis. 17:18-21). Paulus menyambut kesempatan baik itu tanpa ragu, karena dia sudah siap sedia memberitakan Injil dalam segala keadaan (2 Tim. 4:2).
  3. Ada hikmat untuk memberitakan Injil (Kis. 17:22-34). Paulus memberitakan Injil dengan hikmat. Ketika diberi kesempatan berbicara kepada orang banyak di sidang Areopagus, maka ia menggunakan kesempatan itu dengan bijaksana. Hikmat Paulus tampak dalam caranya memberitakan Injil, yaitu: Pertama, ia menghormati orang-orang lain yang berbeda kepercayaan dengannya (Kis. 17:22). Kedua, ia membawa para pendengar untuk tertarik pada berita Injil (Kis. 17:23). Ia mulai berbicara dari apa yang mereka percayai dan memakainya untuk menjadi jembatan. Ia telah melihat ada sebuah mezbah mereka yang bertuliskan “kepada Allah yang tidak dikenal”. Dengan itu ia mengatakan, “Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepadamu.” Ketiga, ia memberitakan Injil sesuai dengan konteks masyarakat setempat (Kis. 17:24-29). Ia memberitakan Injil dengan memakai istilah-istilah dan pemahaman umum yang mereka ketahui tentang Allah (Kis. 17:24-27). Ia juga menggunakan pemikiran tokoh-tokoh mereka untuk menjelaskan Injil (Kis. 17:28-29). Keempat, ia memberitakan Kristus yang telah mati dan bangkit (Kis. 17:30-34). Kematian dan kebangkitan Kristus merupakan inti Injil yang sangat penting (1 Kor. 15:2-4). Pada saat mereka mendengar tentang kebangkitan orang mati, ada yang mengejek dan ada yang menolak (Kis. 17:32). Itu adalah resiko yang harus ditanggung. Tetapi ada beberapa orang yang percaya, termasuk tokoh-tokoh masyarakat di Atena (Kis. 17:34). Itu adalah berkat yang mendatangkan sukacita.

Sekian....😀😀 (Nurliana Pardosi)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Para Rasul 7:1-60

Kisah Para Rasul 6:1-15

Kisah Para Rasul 3:1-26